أهلا وسهلا ومرحبا بقدومكم أيها الإخوة الأعزاء

Selamat Datang di Blog Pembelajaran Bahasa Arab dan Kajian Keislaman ...... Mari Mengaji dan Berdiskusi Bersama ........ Semoga dapat Memberikan Manfaat yang Sebesar-besarnya bagi Para Pembaca dan Blogers

Rabu, 01 September 2010

REAKTUALISASI PARADIGMA QURANI DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Abstraksi
Semangat kembali kepada Al-Qur'an menjadi inspirasi gerakan revitalisasi nilai-nilai Islam, salah satunya dalam ranah pendidikan Islam yang menjadi salah satu unsur utama pembangun peradaban Muslim. Pendidikan Islam yang bersifat organik dalam sistem kehidupan muslim meniscayakan sebuah paradigma yang bersifat komprehensif integral yang menghimpun berbagai aspek potensi manusia untuk menjadi dasar pelaksanaan pendidikan. Paradigma Qur'ani yang disarikan dari pemikiran Abdullah Nashih Ulwan pun menjadi tawaran revitalisasi nilai-nilai Quran dalam kerangka pendidikan Islam yang dalam tingkatan formal direalisasikan melalui kurikulum dan landasan visi misi lembaga pendidikan Islam.

 Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting dalam pemenuhan aspek-aspek kemanusiaan karena memberikan pondasi bagi rasionalisasi tindakan yang dipilih manusia. Yang membedakan manusia dengan hewan yang sama-sama merupakan makhluk ciptaan Allah utamanya terletak pada aspek kemampuan memilih (ikhtiyari) dengan menggunakan rasio. Sebagai salah satu indikator indeks pembangunan manusia, pendidikan yang merupakan hak asasi setiap manusia akan selalu menjadi isu aktual kontemporer karena selalu bersinggungan dengan proses historis peradaban manusia.
Merunut kembali catatan peradaban umat manusia, sejarah telah memperlihatkan betapa peradaban yang dijiwai nilai-nilai Islam pernah mengalami kejayaan selama sekian abad yang terbentang dari Andalusia sampai dataran Turkistan. Hal tersebut terkait dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didorong oleh semangat memperluas berbagai aspek pendidikan yang dimotivasi oleh spirit Al-Qur'an.

Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lima belas abad silam dengan sebuah awalan perintah untuk membaca (iqra') yang dalam konteks luas menjadi seruan untuk membaca, mengkaji, menganalisis, dan meneliti fenomena diri dan sekitar yang dalam aplikasi turunannya di kemudian hari telah melahirkan sebuah masyarakat berpendidikan dan menghasilkan sebuah karakter peradaban Islami yang kemudian menjadi titik tolak peradaban Barat yang kini menghegemoni arah sejarah peradaban manusia masa kini.

Pondasi bangkitnya fajar baru peradaban Eropa-Kristen di abad pertengahan banyak disumbang oleh peradaban Muslim sebelumnya. Namun, disaat bangsa Eropa mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance) dan masa pencerahan (enlightenment), bangsa Muslim yang tersebar dari daratan Maghribi hingga Nusantara justru sedang mengalami kemunduran dan terpuruk menjadi korban imperialisme politik, budaya, dan ekonomi bangsa Eropa.

Dari sinilah agenda besar terbentang di depan yaitu untuk mengulang kembali kesuksesan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang telah menjadi tonggak inspirasi sebuah perubahan besar umat manusia dengan berhasil mengubah sekumpulan masyarakat jahiliah Arab dan sekitarnya untuk kemudian menjadi masyarakat yang terdidik dan tercerahkan serta dinaungi nur Islami. Apakah hal serupa bisa terwujud kembali lima belas abad berikutnya?

 Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur'an sebagai inspirasi sekaligus paradigma dalam mewujudkan atau mendesain pendidikan bukanlah hal yang bersifat utopis dan berlebihan justru merupakan suatu keniscayaan mengingat Al-Qur'an merupakan sumber utama sekaligus menjadi basis referensi dalam perumusan hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma, maka hal tersebut akan terwujud dalam kerangka yang menjadi tolok ukur sejauhmana semangat dan pesan Al-Qur'an direalisasikan dalam mengupayakan pendidikan Islam.

Artikel ini akan membahas pandangan Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam yang mana sebuah pertanyaan berikutnya muncul perihal upaya untuk mengaplikasikannya sebagai kerangka paradigma Qur'ani dalam implementasi pendidikan Islam, terutama di level pendidikan formal melalui implementasi kurikulum. Selanjutnya bahasan diakhiri dengan kesimpulan.

Pembahasan
a.  Selayang pandang pendidikan Islam
 Pendidikan Islam merupakan sendi yang kokok dan kuat bagi peradaban umat Islam. Makna dari pendidikan Islam tidak terlepas keberadaan Islam itu sendiri. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa beliau diturunkan hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Disinilah letak esensi tujuan dari diturunkannya Islam dan dari situlah esensi dari pendidikan Islam.  Prof. Dr. Muhammad 'Athiyyah al-Abrasy dalam karyanya At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (2003:13) menyebutkan bahwa tujuan pokok dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa.

Dalam Paradigma Pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:36) disebutkan bahwa istilah Pendidikan Islam mencakup beragam  pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta'lim al-din (pengajaran agama), al-ta'lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta'lim al-islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah 'inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa paradigma pengembangan pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:39-47):
·          Paradigma Formisme atau paradigma yang mencerminkan pandangan dikotomis. Dalam paradigma ini pendidikan keagamaan dihadapkan dengan pendidikan nonkeagamaan, pendidikan agama dengan pendidikan umum, demikian seterusnya, sehingga pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah) berarti al-tarbiyah al-diniyah / pendidikan keagamaan, ta'lim al-din / pengajaran agama, al-ta'lim al-dini / pengajaran keagamaan, atau al-ta'lim al-islami / pengajaran keislaman dalam rangka tarbiyah al-muslimin (mendidik orang-orang Islam).
·          Paradigma Mekanisme memandang kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu dengan lainnya bisa saling berkonsultasi atau tidak. Paradigma tersebut nampak digabungkan pada sekolah atau perguruan tinggi umum yang bukan berciri khas agama Islam. Dalam konteks pandangan semacam itu, al-tarbiyah al-diniyah / pendidikan keagamaan, ta'lim al din / pengajaran agama, al-ta'lim al-dini / pengajaran keagamaan atau al-ta'lim al-islami / pengajaran keislaman merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada dalam rangka tarbiyah al-muslimin (mendidik orang-orang Islam).
·          Paradigma Organisme bertolak dari pandangan bahwa pendidikan Islam adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen-komponen yang rumit) yang berusaha mengembangkan pandangan/semangat hidup Islam, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup yang Islami. Dalam konteks pandangan semacam itu, al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami) berarti al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), dan al-tarbiyah 'inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam).

b.  Paradigma Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam
Dalam konteks pengembangan pendidikan Islam dengan semangat memadukan ilmu umum dan ilmu agama sebagaimana sekarang menjadi tren di kalangan sekolah dan perguruan tinggi Islam, maka paradigma organisme merupakan pilihan yang lebih bisa diterima karena hal tersebut mengulang kembali situasi kejayaan Islam di awal-awal abad hijriah yang mana integrasi ilmu agama dan ilmu umum bisa tercapai yang sejatinya kedua ilmu tersebut berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.

Al-Qur'an sebagai sumber pemikiran Islam sangat banyak memberikan pencerahan yang perlu dikembangkan secara filosofis maupun ilmiah. Pengembangan demikian diperlukan sebagai kerangka dasar dalam membangun sistem pendidikan Islam yang salah satunya dengan cara memperkenalkan konsep-konsep Al-Qur'an tentang kependidikan. Lebih lanjut, Al-Qur'an memiliki pandangan yang spesifik tentang pendidikan. Beberapa idiom banyak dijumpai dalam Al-Qur'an, seperti kata rabb yang menjadi akar dari kata tarbiyyah. Tarbiyyah merupakan konsep pendidikan yang banyak digunakan hingga sekarang. Demikian pula dengan idiom qara'a dan kataba juga mengandung implikasi kependidikan yang mendalam (Ahmad, 2007:195).

Menurut Sa'id Ismail Ali sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung (1980: 35), Al-Qur'an merupakan salah satu sumber pendidikan Islam disamping As-Sunnah, kata-kata sahabat (madzhab shahabi), kemaslahatan umat/sosial (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat ('uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam (ijtihad). Al-Qur'an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya.

Menurut Mujib (2006: 33-38), pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur'an karena Al-Qur'an memuat tentang sejarah pendidikan Islam melalui beberapa kisah nabi yang berkaitan dengan pendidikan dan Al-Qur'an juga memuat nilai normatif pendidikan Islam yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam yaitu i'tiqadiyyah (berkaitan dengan pendidikan keimanan), khuluqiyyah (berkaitan dengan pendidikan etika), dan amaliyyah (berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari).

Al-Qur'an sendiri dalam beberapa ayatnya sering memberikan dorongan kepada orang-orang yang beriman untuk menuntut ilmu dengan menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat 11.

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ والذِيْنَ أوْتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ واللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ (المجادلة 11)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diaintaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajatnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Dalam karyanya, Tarbiyat al-Aulad fi Al-Islam, Abdullah Nashih Ulwan (1997) menguraikan pandangan Al-Quran mengenai pendidikan dalam Islam sebagai berikut:
 a.    Tarbiyah Imaniyah
Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk penanaman nilai-nilai keimanan disertai dengan penguatan aspek-aspek keimanan sehingga menjadi pondasi spiritual bagi kehidupan seseorang. Dengan demikian pendidikan dalam Islam bukan pengusung paham atheism melainkan justru pendukung adanya paham theisme atau berketuhanan sebagai pangkal dari segala eksistensi di alam semesta. Dalam realisasinya, pendidikan harus diupayakan bermuara pada pengokohan iman seseorang yang menjadi dasar dari segala pola pikir, pola sikap, dan pola perbuatan manusia.

Beberapa ayat Al-Qur'an yang merefleksikan pesan-pesan tarbiyah imaniyah ini misalnya: Perintah untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta untuk menghasilkan kebenaran (Al-Baqarah: 164, At-Thariq: 5-10, 'Abasa: 24-32); Menanamkan semangat ketaqwaan dan penghambaan kepada Allah (Az-Zumar: 23, Al-Hajj: 34-35, Maryam: 58); Membangkitkan rasa diawasi oleh Allah (Al-Baqoroh: 281-283).

b.      Tarbiyah Khuluqiyah
Pendidikan dalam Islam juga diarahkan sebagai sebuah proses pendidikan untuk menata kepribadian, akhlak, dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perluasannya, akhlak yang mulia merupakan salah satu output dari pendidikan Islam.

Beberapa ayat Al-Qur'an yang memberikan contoh seputar tarbiyah khuluqiyah adalah sebagai berikut: Anjuran untuk menjadikan rasul sebagai teladan (Al-Ahzab: 21); Perintah untuk memaafkan, berbuat kebaikan dan berpaling dari kejahatan (Al-A’raaf: 199, Ali Imran: 134); Menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan lawan jenis (An-Nur: 30-31).

 c.       Tarbiyah Jismiyah
Tidak bisa dipungkiri bahwa jasmani yang sehat merupakan suatu keniscayaan bagi kelangsungan hidup manusia. Demikian halnya demi tegaknya agama dan peradaban Islam, umat Muslim harus memiliki fisik atau jasmani yang memberinya kekuatan dalam mengemban semangat syiar nilai-nilai Islam. Disinilah Al-Qur'an memberi penegasan akan pentingnya pemeliharaan jasmani yang mana tarbiyah jismiyah menjadi tak terelakkan dalam koridor pendidikan Islam.

Menurut Nashih Ulwan, ada beberapa contoh ayat yang menerangkan aspek tarbiyah jismiyah di dalam Al-Qur'an yaitu sebagai berikut: Pemenuhan kebutuhan jasmani (Al-Baqarah: 233); Anjuran berolah raga (Al-Anfaal: 60); dan Pemeliharaan kesehatan (Al-Baqarah: 195, An-Nisa’: 29).

d.      Tarbiyah Aqliyah
Jasmani yang kuat tanpa disertai akal yang sehat hanya akan mereduksi nilai  kemanusiaan karena peradaban manusia dibangun melalui eksplorasi dan kreasi akal budi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari optimalisasi potensi intelektualitas manusia. Disinilah tarbiyah aqliyah memegang peranan penting dalam pendidikan Islam. Dengan mengacu pada pesan-pesan Al-Qur'an, sebagaimana disarikan oleh Nashih Ulwan, ada beberapa aspek tarbiyah aqliyah yang termuat di dalam Al-Qur'an, diantaranya: Kewajiban belajar (Al-'Alaq: 1-5, Thaha: 114, Al-Mujaadilah: 11); Penyadaran pikiran (Al-Baqarah: 159-160); dan Kewajiban memelihara kesehatan akal (Al-Ma’idah: 90)

e.       Tarbiyah Nafsiyah
Tarbiyah Nafsiyah disini merujuk pada pendidikan jiwa atau lebih berkaitan dengan aspek-aspek mental yang dimiliki manusia. Kombinasi jasmani dan akal tidak akan lengkap tanpa disertai keberadaan mental yang kokoh atau jiwa yang stabil. Nashih Ulwan memberikan contoh dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur'an sebagai berikut: Ajaran Islam untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia (Al-Ma’aarij: 19-23); Penyadaran manusia untuk mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri (Al-Baqoroh: 155-157); Anjuran untuk bersabar dan bersikap wajar dalam menghadapi berbagai masalah (Al-Hadid: 22-23); Larangan untuk saling menghina dan mencemooh (Al-Hujuraat: 11); Anjuran untuk peduli pada kaum yang lemah (Ad-Dhuha: 9-10, Al-Maa’un: 1-2).

f.        Tarbiyah Ijtima’iyah
Keberadaan masyarakat atau umat menjadi hal penting dalam Islam karena tegaknya Islam akan terwujud dengan adanya masyarakat yang menyangga pilar-pilar Islam dan menjunjung nilai-nilainya. Dari sinilah letak pentingnya pendidikan kemasyarakatan menjadi salah satu paradigma dalam pendidikan Islam. Tarbiyah Ijtima'iyah diarahkan untuk melengkapi aspek dasar keberadaan manusia yang juga merupakan makhluk sosial. Pendidikan ini ditujukan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang bersendikan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an beberapa hal yang disinggung sebagaimana berikut:
1.    Penanaman dasar-dasar pergaulan seperti persaudaraan (Al-Hujuraat: 10, Ali Imran: 103), kasih sayang (Al-Fath: 29), itsar atau mendahulukan kepentingan orang lain (Al-Hasyr: 9) dan saling memaafkan (Al-Baqarah: 237)
2.    Pemeliharaan hak orang lain seperti hak orang tua (Al-Isra’: 23-24), hak sanak saudara dan kerabat (An-Nisa’: 36, Al-Isra’: 26) dan hak tetangga (An-Nisa’: 36)
3.    Sopan santun berinteraksi sosial seperti adab memberi salam (An-Nur: 27 & 61), adab meminta izin (An-Nur: 58-59), adab menghadiri pertemuan (Al-Mujaadilah: 11) dan adab berbicara (Al-Furqan: 63)
4.    Mengembangkan sikap saling mengawasi dan kritik sosial (Ali Imran: 110, At-Taubah: 71)

Dari pemaparan diatas, bisa digambarkan bahwa paradigma Qurani dalam wujudnya merupakan serangkaian kerangka sudut pandang semangat pendidikan dalam Al Quran yang bersifat holistik atau menyeluruh dalam pribadi seorang muslim. Karakteristik pendidikan yang bersifat holistik-integral itu terlihat dari keragaman pendidikan mulai dari pendidikan keimanan hingga pendidikan sosial kemasyarakatan. Bisa dikatakan keenam aspek itu merupakan paradigma Qur'ani untuk menjadi acuan sebagai bahan indikator implementasi pendidikan Islam yang bersifat organik dan integral.

c. Mengaplikasikan Kerangka Paradigma Qurani
 Sebuah konsep di tataran paradigmatik hanya akan terlihat mengawang bila tidak disertai upaya membumikan dan mengaktualisasikannya dalam kenyataan sehari-hari. Paradigma Qurani yang bersifat holistik-integral bisa diterapkan dalam setiap aspek pendidikan baik informal seperti pendidikan di dalam lingkup keluarga hingga dalam konteks formal penyelenggaraan tingkat satuan pendidikan di Indonesia yang diterapkan salah satunya melalui pintu kurikulum.

Dalam level pendidikan informal seperti dalam keluarga, keenam komponen paradigma Qur'ani diatas bisa dijadikan panduan bagi kedua orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak dalam meniti kehidupan dengan menekankan pada beragam aspek kehidupan seperti dalam hal keimanan dengan mengajarkan sholat dan doa (tarbiyah imaniyah); mendidik etika kepada diri dan sesama (tarbiyah khuluqiyah); mendorong anak untuk rajin berolahraga (tarbiyah jismiyah); mendisiplinkan anak untuk belajar (tarbiyah aqliyah); membangkitkan kepercayaan diri anak (tarbiyah nafsiyah); dan pengenalan hak & kewajiban anak (tarbiyah ijtima'iyah).

Untuk level pendidikan formal, kurikulum menjadi acuan dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum memegang peranan penting dalam proses pendidikan karena ia merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Khaeruddin, 2007: 79).

Menurut S. Nasution (1995: 5), penggolongan kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum. Kurikulum juga bisa dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Disamping itu, kurikulum dapat pula diartikan sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap keterampilan sesuatu. Selain itu, kurikulum adalah bentuk pengalaman siswa yang merefleksikan kenyataan pada setiap siswa.

Melalui Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat di sekitar sekolah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (Khaeruddin, 2007: 79).

Dalam realisasinya di ranah pendidikan formal, paradigma Qurani yang mencerminkan aplikasi keenam pendekatan diatas bisa diterjemahkan dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan mengelaborasi dan mengoptimalkan pendidikan berbasiskan keimanan, etika, jasmani, akal, jiwa, dan sosial peserta didik secara terpadu baik melalui pengayaan materi di komponen mata pelajaran, muatan lokal maupun kegiatan pengembangan diri siswa seperti terlihat di gambar 2. Paradigma Qur'ani diatas kemudian bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai pedoman bagi tenaga pendidik seperti guru untuk menyusun metode pengajaran dan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai Qur'ani.

Gambar 2: Contoh penerapan paradigma Qur'ani untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan 
di SMA/MA yang berlokasi di wilayah perkebunan di desa Jawa

Paradigma Qur'ani
Komponen
Mata Pelajaran
Muatan Lokal
Pengembangan Diri
Imaniyah
Agama (Tauhid), Biologi, Fisika, Kimia, Pendidikan Kewarganegaraan,
Kajian Tafsir Al-Quran tentang Alam
Tadabur Alam, Rohis
Khuluqiyah
Pendidikan Kewarganegaraan, Agama (Aqidah Akhlak), Ekonomi, Bahasa (Indonesia)
Bahasa Daerah (Jawa)
Pramuka
Jismiyah
Olah Raga, Biologi, Kimia
Keterampilan Pengolahan Produk Perkebunan
Pramuka, Klub Olah Raga, Darmawisata
Aqliyah
Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa (Arab, Inggris), Agama (Fiqih, Ushul Fiqih)
Ilmu Agraria, Hukum Agraria, Manajemen
Kelompok Ilmiah Remaja, Kelompok Diskusi,
Nafsiyah
Agama (Tasawuf), Seni Budaya
Kewirausahaan
Bimbingan Konseling
Ijtima'iyah
Pendidikan Kewarganegaraan,  Sosiologi, Sejarah, Ekonomi, Agama (Tarikh Islam)
Pengelolaan Limbah, Agribisnis
Pramuka, OSIS

Selain melalui kurikulum, implementasi paradigma Qur'ani bisa terwujud dengan menjadikannya sebagai kerangka operasional lembaga atau institusi pendidikan Islam. Kalau kurikulum bisa diibaratkan sebagai jiwa dari pendidikan, maka raganya adalah lembaga pendidikan. Dalam memperbincangkan aktualisasi paradigma Qur'ani dalam pendidikan Islam, penting pula membahas keberadaan institusi lembaga pendidikan Islam. Semua institusi lembaga pendidikan Islam, mulai dari yang bersifat sederhana seperti pengajian di serambi masjid dan yang bersifat klasikal-modern seperti di sekolah atau perguruan tinggi Islam hingga pendidikan dan pelatihan yang bersifat massal dan dikemas secara eksklusif seperti model training kilat yang kian menjamur belakangan ini, berpotensi sebagai agen penyemai paradigma Qur'ani dengan penekanan dan segmen yang beraneka ragam. Setidaknya paradigma Qur'ani bisa menjadi landasan visi lembaga pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang rabbani demi kemuliaan Islam.

Penutup
 Paradigma Qur'ani sebagaimana disarikan oleh Abdullah Nashih Ulwan menawarkan sebuah kerangka yang bisa menjadi pemandu pelaksanaan pendidikan Islam mulai dari level keluarga hingga satuan pendidikan formal yang bisa diterjemahkan lebih lanjut dalam serangkaian komponen pelaksanaan pendidikan Islam. Untuk ranah pendidikan formal, keberadaan kurikulum tidak diragukan lagi memegang peranan penting sebagai wahana realisasi keenam komponen paradigma Qur'ani yang saling terkait satu sama lain seperti diatas (tarbiyah imaniyah, tarbiyah khuluqiyah, tarbiyah jismiyah, tarbiyah aqliyah, tarbiyah nafsiyah, dan tarbiyah ijtima'iyah). Adanya KTSP yang memberi kewenangan kepada satuan unit pendidikan untuk mendesain kurikulum dan silabus pelajaran di sekolah memberi ruang bagi revitalisasi nilai-nilai Al-Qur'an dan memadukannya dengan proses pembelajaran di sekolah. Disamping itu, peran lembaga atau institusi pendidikan Islam juga tidak terelakkan dalam hal menyemai kerangka paradigma Qur'ani dengan menjadikannya sebagai pedoman dalam pendidikan Islam.

Daftar Pustaka

Abdullah Nasih Ulwan, 1997, Tarbiyat al-Aulad fi Al-Islam, Cairo, Dar as-Salam.
Ahmad, Nurwadjah, 2007, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat hingga Kisah Luqman, Bandung: Marja.
'Athiyah al-Abrasyi, Muhammad, 2003, At-Tarbiyyah Al-Islamiyah (terj. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan), Bandung: Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan, 1980, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam,Bandung: al-Ma'arif.
Mujib, Abdul, et al, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media.
Mulyasa, E., 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, 2007, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Khaeruddin & Junaedi, Mahfud, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Jogja: Pilar Media & MDC Jateng.
Muhaimin, 2004, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.


* Makalah disampaikan oleh  M. Afifuddin Dimyathi. Dosen Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, Surabaya dalam acara Halaqah Nasional Pendidikan Islam di IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Selasa, 26 Agustus 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kirim komentar mengenai artikel yang saya tulis