Abstraksi
Semangat kembali
kepada Al-Qur'an menjadi inspirasi gerakan revitalisasi nilai-nilai Islam, salah satunya dalam ranah pendidikan Islam yang menjadi salah satu unsur utama
pembangun peradaban Muslim. Pendidikan Islam yang bersifat organik dalam sistem
kehidupan muslim meniscayakan sebuah paradigma yang bersifat komprehensif
integral yang menghimpun berbagai aspek potensi manusia untuk menjadi dasar
pelaksanaan pendidikan. Paradigma Qur'ani yang disarikan dari pemikiran
Abdullah Nashih Ulwan pun menjadi tawaran revitalisasi nilai-nilai Quran dalam
kerangka pendidikan Islam yang dalam tingkatan formal direalisasikan melalui kurikulum dan landasan visi misi lembaga pendidikan Islam.
Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting dalam pemenuhan
aspek-aspek kemanusiaan karena memberikan pondasi bagi rasionalisasi tindakan
yang dipilih manusia. Yang membedakan manusia dengan hewan yang sama-sama
merupakan makhluk ciptaan Allah utamanya terletak pada aspek kemampuan memilih
(ikhtiyari) dengan menggunakan rasio. Sebagai salah satu indikator
indeks pembangunan manusia, pendidikan yang merupakan hak asasi setiap manusia akan
selalu menjadi isu aktual kontemporer karena selalu bersinggungan dengan proses
historis peradaban manusia.
Merunut kembali catatan peradaban umat manusia,
sejarah telah memperlihatkan betapa peradaban yang dijiwai nilai-nilai Islam
pernah mengalami kejayaan selama sekian abad yang terbentang dari Andalusia sampai dataran Turkistan .
Hal tersebut terkait dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
didorong oleh semangat memperluas berbagai aspek pendidikan yang dimotivasi
oleh spirit Al-Qur'an.
Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lima
belas abad silam dengan sebuah awalan perintah untuk membaca (iqra')
yang dalam konteks luas menjadi seruan untuk membaca, mengkaji, menganalisis,
dan meneliti fenomena diri dan sekitar yang dalam aplikasi turunannya di
kemudian hari telah melahirkan sebuah masyarakat berpendidikan dan menghasilkan
sebuah karakter peradaban Islami yang kemudian menjadi titik tolak peradaban
Barat yang kini menghegemoni arah sejarah peradaban manusia masa kini.
Pondasi bangkitnya fajar baru peradaban
Eropa-Kristen di abad pertengahan banyak disumbang oleh peradaban Muslim
sebelumnya. Namun, disaat bangsa Eropa mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance)
dan masa pencerahan (enlightenment), bangsa Muslim yang tersebar dari daratan
Maghribi hingga Nusantara justru sedang mengalami kemunduran dan terpuruk menjadi
korban imperialisme politik, budaya, dan ekonomi bangsa Eropa.
Dari sinilah agenda besar terbentang di depan yaitu
untuk mengulang kembali kesuksesan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang
telah menjadi tonggak inspirasi sebuah perubahan besar umat manusia dengan
berhasil mengubah sekumpulan masyarakat jahiliah Arab dan sekitarnya untuk
kemudian menjadi masyarakat yang terdidik dan tercerahkan serta dinaungi nur
Islami. Apakah hal serupa
bisa terwujud kembali lima belas abad berikutnya?
Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur'an sebagai
inspirasi sekaligus paradigma dalam mewujudkan atau mendesain pendidikan bukanlah
hal yang bersifat utopis dan berlebihan justru merupakan suatu keniscayaan
mengingat Al-Qur'an merupakan sumber utama sekaligus menjadi basis referensi
dalam perumusan hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma, maka hal tersebut akan
terwujud dalam kerangka yang menjadi tolok ukur sejauhmana semangat dan pesan
Al-Qur'an direalisasikan dalam mengupayakan pendidikan Islam.
Artikel ini akan
membahas pandangan Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam yang mana sebuah
pertanyaan berikutnya muncul perihal upaya untuk mengaplikasikannya sebagai
kerangka paradigma Qur'ani dalam implementasi pendidikan Islam, terutama di
level pendidikan formal melalui implementasi kurikulum. Selanjutnya
bahasan diakhiri dengan kesimpulan.
a. Selayang pandang
pendidikan Islam
Dalam Paradigma Pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:36)
disebutkan bahwa istilah Pendidikan Islam mencakup beragam pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan
keagamaan), ta'lim al-din (pengajaran agama), al-ta'lim al-diny (pengajaran
keagamaan), al-ta'lim al-islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah
al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan
dalam Islam), al-tarbiyah 'inda al-muslimin (pendidikan di kalangan
orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islami).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa paradigma
pengembangan pendidikan Islam (Muhaimin, 2004:39-47):
·
Paradigma Formisme atau paradigma yang mencerminkan
pandangan dikotomis. Dalam paradigma ini pendidikan keagamaan dihadapkan dengan
pendidikan nonkeagamaan, pendidikan agama dengan pendidikan umum, demikian
seterusnya, sehingga pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah) berarti
al-tarbiyah al-diniyah / pendidikan keagamaan, ta'lim al-din / pengajaran
agama, al-ta'lim al-dini / pengajaran keagamaan, atau al-ta'lim
al-islami / pengajaran keislaman dalam rangka tarbiyah al-muslimin (mendidik
orang-orang Islam).
·
Paradigma Mekanisme memandang kehidupan terdiri atas
berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan
seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut
fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau
elemen-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan
antara satu dengan lainnya bisa saling berkonsultasi atau tidak. Paradigma
tersebut nampak digabungkan pada sekolah atau perguruan tinggi umum yang bukan
berciri khas agama Islam. Dalam konteks pandangan semacam itu, al-tarbiyah
al-diniyah / pendidikan keagamaan, ta'lim al din / pengajaran agama, al-ta'lim
al-dini / pengajaran keagamaan atau al-ta'lim al-islami / pengajaran
keislaman merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada dalam rangka tarbiyah
al-muslimin (mendidik orang-orang Islam).
·
Paradigma Organisme bertolak dari pandangan bahwa
pendidikan Islam adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas komponen-komponen
yang rumit) yang berusaha mengembangkan pandangan/semangat hidup Islam, yang
dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup yang Islami. Dalam
konteks pandangan semacam itu, al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan
Islami) berarti al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), dan al-tarbiyah
'inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam).
b. Paradigma
Al-Qur'an mengenai pendidikan Islam
Dalam konteks pengembangan pendidikan Islam dengan semangat
memadukan ilmu umum dan ilmu agama sebagaimana sekarang menjadi tren di
kalangan sekolah dan perguruan tinggi Islam, maka paradigma organisme merupakan
pilihan yang lebih bisa diterima karena hal tersebut mengulang kembali situasi
kejayaan Islam di awal-awal abad hijriah yang mana integrasi ilmu agama dan
ilmu umum bisa tercapai yang sejatinya kedua ilmu tersebut berasal dari sumber
yang sama yaitu Allah SWT.
Al-Qur'an sebagai sumber pemikiran Islam sangat
banyak memberikan pencerahan yang perlu dikembangkan secara filosofis maupun
ilmiah. Pengembangan demikian diperlukan sebagai kerangka dasar dalam membangun
sistem pendidikan Islam yang salah satunya dengan cara memperkenalkan
konsep-konsep Al-Qur'an tentang kependidikan. Lebih lanjut, Al-Qur'an memiliki
pandangan yang spesifik tentang pendidikan. Beberapa idiom banyak dijumpai
dalam Al-Qur'an, seperti kata rabb yang menjadi akar dari kata tarbiyyah.
Tarbiyyah merupakan konsep pendidikan yang banyak digunakan hingga
sekarang. Demikian pula dengan idiom qara'a dan kataba juga mengandung
implikasi kependidikan yang mendalam (Ahmad, 2007:195).
Menurut Sa'id Ismail Ali sebagaimana dikutip oleh
Hasan Langgulung (1980: 35), Al-Qur'an merupakan salah satu sumber pendidikan
Islam disamping As-Sunnah, kata-kata sahabat (madzhab shahabi),
kemaslahatan umat/sosial (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat
kebiasaan masyarakat ('uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam
(ijtihad). Al-Qur'an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang
pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari Tuhan.
Allah SWT menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, yang mana isi
pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya.
Menurut Mujib (2006: 33-38), pendidikan Islam yang
ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur'an karena Al-Qur'an
memuat tentang sejarah pendidikan Islam melalui beberapa kisah nabi yang
berkaitan dengan pendidikan dan Al-Qur'an juga memuat nilai normatif pendidikan
Islam yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam yaitu i'tiqadiyyah (berkaitan
dengan pendidikan keimanan), khuluqiyyah (berkaitan dengan pendidikan
etika), dan amaliyyah (berkaitan dengan pendidikan tingkah laku
sehari-hari).
Al-Qur'an
sendiri dalam beberapa ayatnya sering memberikan dorongan kepada orang-orang
yang beriman untuk menuntut ilmu dengan menegaskan bahwa orang-orang yang
berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Mujadilah ayat
11.
يَرْفَعِ اللهُ
الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ والذِيْنَ أوْتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ واللهُ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ (المجادلة 11)
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diaintaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajatnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
Dalam
karyanya, Tarbiyat al-Aulad fi Al-Islam, Abdullah Nashih Ulwan (1997) menguraikan
pandangan Al-Quran mengenai pendidikan dalam Islam sebagai berikut:
Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk penanaman
nilai-nilai keimanan disertai dengan penguatan aspek-aspek keimanan sehingga
menjadi pondasi spiritual bagi kehidupan seseorang. Dengan demikian pendidikan
dalam Islam bukan pengusung paham atheism melainkan justru pendukung adanya
paham theisme atau berketuhanan sebagai pangkal dari segala eksistensi di alam
semesta. Dalam realisasinya, pendidikan harus diupayakan bermuara pada
pengokohan iman seseorang yang menjadi dasar dari segala pola pikir, pola
sikap, dan pola perbuatan manusia.
Beberapa ayat Al-Qur'an yang merefleksikan
pesan-pesan tarbiyah imaniyah ini misalnya: Perintah untuk melakukan
penelitian terhadap alam semesta untuk menghasilkan kebenaran (Al-Baqarah: 164,
At-Thariq: 5-10, 'Abasa: 24-32); Menanamkan semangat ketaqwaan dan penghambaan
kepada Allah (Az-Zumar: 23, Al-Hajj: 34-35, Maryam: 58); Membangkitkan rasa
diawasi oleh Allah (Al-Baqoroh: 281-283).
b.
Tarbiyah
Khuluqiyah
Pendidikan dalam Islam juga diarahkan sebagai sebuah
proses pendidikan untuk menata kepribadian, akhlak, dan etika dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam perluasannya, akhlak yang mulia merupakan salah satu output dari
pendidikan Islam.
Beberapa ayat Al-Qur'an yang memberikan contoh
seputar tarbiyah khuluqiyah adalah sebagai berikut: Anjuran untuk menjadikan
rasul sebagai teladan (Al-Ahzab: 21); Perintah untuk memaafkan, berbuat
kebaikan dan berpaling dari kejahatan (Al-A’raaf: 199, Ali Imran: 134); Menjaga
sopan santun dalam pergaulan dengan lawan jenis (An-Nur: 30-31).
Tidak bisa dipungkiri bahwa jasmani yang sehat
merupakan suatu keniscayaan bagi kelangsungan hidup manusia. Demikian halnya
demi tegaknya agama dan peradaban Islam, umat Muslim harus memiliki fisik atau
jasmani yang memberinya kekuatan dalam mengemban semangat syiar nilai-nilai Islam.
Disinilah Al-Qur'an memberi penegasan akan pentingnya pemeliharaan jasmani yang
mana tarbiyah jismiyah menjadi tak terelakkan dalam koridor pendidikan
Islam.
Menurut Nashih Ulwan, ada beberapa contoh ayat yang
menerangkan aspek tarbiyah jismiyah di dalam Al-Qur'an yaitu sebagai
berikut: Pemenuhan kebutuhan jasmani (Al-Baqarah: 233); Anjuran berolah raga
(Al-Anfaal: 60); dan Pemeliharaan kesehatan (Al-Baqarah: 195, An-Nisa’: 29).
d.
Tarbiyah
Aqliyah
Jasmani yang kuat tanpa disertai akal yang sehat
hanya akan mereduksi nilai kemanusiaan
karena peradaban manusia dibangun melalui eksplorasi dan kreasi akal budi
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari optimalisasi
potensi intelektualitas manusia. Disinilah tarbiyah aqliyah memegang
peranan penting dalam pendidikan Islam. Dengan mengacu pada pesan-pesan
Al-Qur'an, sebagaimana disarikan oleh Nashih Ulwan, ada
beberapa aspek tarbiyah aqliyah yang termuat di dalam Al-Qur'an,
diantaranya: Kewajiban belajar (Al-'Alaq: 1-5, Thaha: 114, Al-Mujaadilah: 11); Penyadaran
pikiran (Al-Baqarah: 159-160); dan Kewajiban memelihara kesehatan akal
(Al-Ma’idah: 90)
e.
Tarbiyah
Nafsiyah
Tarbiyah Nafsiyah
disini merujuk pada pendidikan jiwa atau lebih berkaitan dengan aspek-aspek
mental yang dimiliki manusia. Kombinasi jasmani dan akal tidak akan lengkap
tanpa disertai keberadaan mental yang kokoh atau jiwa yang stabil. Nashih Ulwan
memberikan contoh dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur'an sebagai berikut: Ajaran
Islam untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia (Al-Ma’aarij: 19-23);
Penyadaran manusia untuk mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri
(Al-Baqoroh: 155-157); Anjuran untuk bersabar dan bersikap wajar dalam
menghadapi berbagai masalah (Al-Hadid: 22-23); Larangan untuk saling menghina
dan mencemooh (Al-Hujuraat: 11); Anjuran untuk peduli pada kaum yang lemah
(Ad-Dhuha: 9-10, Al-Maa’un: 1-2).
f.
Tarbiyah
Ijtima’iyah
Keberadaan masyarakat atau umat menjadi hal penting
dalam Islam karena tegaknya Islam akan terwujud dengan adanya masyarakat yang
menyangga pilar-pilar Islam dan menjunjung nilai-nilainya. Dari sinilah letak pentingnya pendidikan kemasyarakatan
menjadi salah satu paradigma dalam pendidikan Islam. Tarbiyah Ijtima'iyah
diarahkan untuk melengkapi aspek dasar keberadaan manusia yang juga merupakan
makhluk sosial. Pendidikan ini ditujukan untuk mewujudkan tatanan masyarakat
yang bersendikan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Al-Qur'an. Dalam
Al-Qur'an beberapa hal yang disinggung sebagaimana berikut:
1. Penanaman
dasar-dasar pergaulan seperti persaudaraan (Al-Hujuraat: 10, Ali Imran: 103),
kasih sayang (Al-Fath: 29), itsar atau mendahulukan kepentingan orang
lain (Al-Hasyr: 9) dan saling memaafkan (Al-Baqarah: 237)
2. Pemeliharaan
hak orang lain seperti hak orang tua (Al-Isra’: 23-24), hak sanak saudara dan
kerabat (An-Nisa’: 36, Al-Isra’: 26) dan hak tetangga (An-Nisa’: 36)
3. Sopan
santun berinteraksi sosial seperti adab memberi salam (An-Nur: 27 & 61),
adab meminta izin (An-Nur: 58-59), adab menghadiri pertemuan (Al-Mujaadilah:
11) dan adab berbicara (Al-Furqan: 63)
4.
Mengembangkan sikap saling mengawasi dan kritik sosial
(Ali Imran: 110, At-Taubah: 71)
Dari pemaparan diatas, bisa digambarkan bahwa paradigma
Qurani dalam wujudnya merupakan serangkaian kerangka sudut pandang semangat
pendidikan dalam Al Quran yang bersifat holistik atau menyeluruh dalam pribadi
seorang muslim. Karakteristik pendidikan yang bersifat holistik-integral itu
terlihat dari keragaman pendidikan mulai dari pendidikan keimanan hingga
pendidikan sosial kemasyarakatan. Bisa dikatakan keenam aspek itu merupakan paradigma
Qur'ani untuk menjadi acuan sebagai bahan indikator implementasi pendidikan
Islam yang bersifat organik dan integral.
Dalam level pendidikan informal seperti dalam keluarga,
keenam komponen paradigma Qur'ani diatas bisa dijadikan panduan bagi kedua
orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak dalam meniti
kehidupan dengan menekankan pada beragam aspek kehidupan seperti dalam hal
keimanan dengan mengajarkan sholat dan doa (tarbiyah imaniyah); mendidik
etika kepada diri dan sesama (tarbiyah khuluqiyah); mendorong anak untuk
rajin berolahraga (tarbiyah jismiyah); mendisiplinkan anak untuk belajar
(tarbiyah aqliyah); membangkitkan kepercayaan diri anak (tarbiyah
nafsiyah); dan pengenalan hak & kewajiban anak (tarbiyah ijtima'iyah).
Untuk level pendidikan formal, kurikulum menjadi
acuan dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum memegang peranan penting dalam
proses pendidikan karena ia merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Khaeruddin, 2007: 79).
Menurut S. Nasution (1995: 5), penggolongan
kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para
pengembang kurikulum. Kurikulum juga bisa dipandang sebagai program,
yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Disamping itu,
kurikulum dapat pula diartikan sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari
siswa, yakni pengetahuan, sikap keterampilan sesuatu. Selain itu, kurikulum
adalah bentuk pengalaman siswa yang merefleksikan kenyataan pada setiap
siswa.
Melalui Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus
mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta
didik serta kebutuhan masyarakat di sekitar sekolah. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (Khaeruddin, 2007: 79).
Dalam realisasinya di ranah pendidikan formal,
paradigma Qurani yang mencerminkan aplikasi keenam pendekatan diatas bisa
diterjemahkan dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan mengelaborasi
dan mengoptimalkan pendidikan berbasiskan keimanan, etika, jasmani, akal, jiwa,
dan sosial peserta didik secara terpadu baik melalui pengayaan materi di
komponen mata pelajaran, muatan lokal maupun kegiatan pengembangan diri siswa
seperti terlihat di gambar 2. Paradigma Qur'ani diatas kemudian bisa
dikembangkan lebih lanjut sebagai pedoman bagi tenaga pendidik seperti guru
untuk menyusun metode pengajaran dan pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai
Qur'ani.
Gambar
2: Contoh penerapan paradigma Qur'ani untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan
di SMA/MA yang berlokasi di wilayah perkebunan di desa Jawa
Paradigma Qur'ani
|
Komponen
|
||
Mata Pelajaran
|
Muatan Lokal
|
Pengembangan Diri
|
|
Imaniyah
|
Agama (Tauhid), Biologi, Fisika, Kimia,
Pendidikan Kewarganegaraan,
|
Kajian
Tafsir Al-Quran tentang Alam
|
Tadabur
Alam, Rohis
|
Khuluqiyah
|
Pendidikan
Kewarganegaraan, Agama (Aqidah Akhlak), Ekonomi, Bahasa (
|
Bahasa
Daerah (Jawa)
|
Pramuka
|
Jismiyah
|
Olah
Raga, Biologi, Kimia
|
Keterampilan
Pengolahan Produk Perkebunan
|
Pramuka,
Klub Olah Raga, Darmawisata
|
Aqliyah
|
Matematika,
Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa (Arab, Inggris), Agama (Fiqih, Ushul Fiqih)
|
Ilmu Agraria, Hukum Agraria,
Manajemen
|
Kelompok Ilmiah Remaja, Kelompok
Diskusi,
|
Nafsiyah
|
Agama
(Tasawuf), Seni Budaya
|
Kewirausahaan
|
Bimbingan
Konseling
|
Ijtima'iyah
|
Pendidikan Kewarganegaraan, Sosiologi, Sejarah, Ekonomi, Agama (Tarikh
Islam)
|
Pengelolaan
Limbah, Agribisnis
|
Pramuka,
OSIS
|
Selain melalui kurikulum, implementasi paradigma
Qur'ani bisa terwujud dengan menjadikannya sebagai kerangka operasional lembaga
atau institusi pendidikan Islam. Kalau
kurikulum bisa diibaratkan sebagai jiwa dari pendidikan, maka raganya adalah
lembaga pendidikan. Dalam memperbincangkan aktualisasi paradigma Qur'ani dalam
pendidikan Islam, penting pula membahas keberadaan institusi lembaga pendidikan
Islam. Semua institusi lembaga pendidikan Islam, mulai dari yang bersifat
sederhana seperti pengajian di serambi masjid dan yang bersifat klasikal-modern
seperti di sekolah atau perguruan tinggi Islam hingga pendidikan dan pelatihan yang
bersifat massal dan dikemas secara eksklusif seperti model training kilat yang
kian menjamur belakangan ini, berpotensi sebagai agen penyemai paradigma
Qur'ani dengan penekanan dan segmen yang beraneka ragam. Setidaknya paradigma
Qur'ani bisa menjadi landasan visi lembaga pendidikan Islam untuk mencetak
generasi yang rabbani demi kemuliaan Islam.
Penutup
Daftar Pustaka
Abdullah Nasih Ulwan, 1997, Tarbiyat
al-Aulad fi Al-Islam, Cairo ,
Dar as-Salam.
Ahmad, Nurwadjah, 2007, Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan: Hati yang Selamat hingga Kisah Luqman, Bandung : Marja.
'Athiyah al-Abrasyi, Muhammad,
2003, At-Tarbiyyah Al-Islamiyah (terj. Prinsip-prinsip Dasar
Pendidikan), Bandung :
Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan, 1980, Beberapa
Pemikiran tentang Pendidikan Islam,Bandung :
al-Ma'arif.
Mujib, Abdul, et al, 2006, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta :
Kencana Prenada Media.
Mulyasa, E., 2002, Kurikulum
Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasution, 2007, Asas-asas
Kurikulum, Jakarta :
Bumi Aksara.
Khaeruddin & Junaedi, Mahfud,
2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di
Madrasah, Jogja: Pilar Media & MDC Jateng.
Muhaimin, 2004, Paradigma
Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kirim komentar mengenai artikel yang saya tulis